Didongengkan, pelusuk jelata menari-nari, bergendang sesuk seisi malam dan siang, merayakan kemenangan yang tak pasti.
Didongengkan juga, pelusuk jelata melompat-lompat ceria bersatu mendukung era duniafuluh dinastipu baru.
Di sana sini, laungan kebenaran dan ceritarina keadilan memusar teguh dari jutaan rupa,warna dan kulit yang berbeza. Bagai busur dipanah Rama gilakan sang Gita. Mengundang payu gegak-gempita.
Sang Diktator dari Buana Kelam menghayun senjata satu-satu, 'halal haram kupeduli apa' - mantra yang dicerna dalam bubuk kekuasaan, bujuran palsu yang menutup picu radas kontemporari.
Menyesak derita pelusuk jelata.Songsang arus bertalu-talu mencipta drama satu-satu menggomol inspirasi, meracun imaginasi.
Petah berkata di khalayak, Satu untuk semua, dikongsi berjuta tapi Nilam & Qarunnya untuk siapa?Mereka cuma memberi batu untuk dikolong sempah bersama-sama.
Rempitan dari jalanan yang kecundang, mereka akan melambai-lambai menuntut kebebasan, meminta dicurah kepada yang haq!
Tapi, penipuan juga melambai-lambai, angin kongkongan dan ribut penindasan walau mendesir tak akan memadamkan api dari Lilin Harapan..Di situ, banyak suara terbuka, meminta penghapusan ketaatan bertuli, membabi buta memicit minda tanpa disedari, media propaganda mencanang bestari, tapi dalam rempitan pasca merdeka ini, yang menang bukan bertakbir dari vena yang tinggi.
Songsang muda-mudi memerdekakan jiwa dari stereotipus mengkal kezaliman, yang ditunda dari zaman ke zaman, eskapis-eskapis menatang hedonisme, puaka status quo direcam jatuh, walau masih terus dicemuh, sinar dan harapan tak akan menjauh, bahangnya tetap memikat seluruh alam.
Imaginasi rempitus politikus adalah khayalan songsang, perilakunya bagai candu terbuang, dihirup kembali untuk kestiman berulang,
Sepanjang zaman jelata dirempitkan, sejarah yang dirakamjerlus berulang-ulang, masih enggan mendewasakan fikiran, tahyulnya menggenap di penjuru alam, anak kecil diingat jangan bermain hantu, dicilikkan momok-momok demi kesaratan waktu, kultur yang dipelbagaikan, tapi di jalanan suara ia menjadi satu, di jaringan protes nadanya menjadi padu dan di jeritan gegarnya menggepa laju.
Rempitan itu mungkin tak akan berhenti, satu-persatu jalan dan lorong akan terus dicorongi, merayau di setiap lebuh dan kotaraya pinggir metropolis, satu kawan tertinggal, sepuluh datang menolong; satu rakan jatuh tertimpa, sejuta tangan akan lengkur menyorong!
Solidariti dari tangan-tangan subur yang menunggak langit opresif.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan